Puisi Khajeya

 

Menjadi Dewasa Itu Menyakitkan

Menjalani hidup ternyata tak semudah yang kupikirkan saat kecil dulu
Ceria yang selalu dari sesosok aku 10 tahun lalu pudar sudah
Dan menghilang entah kemana
Berubah menjadi galau, pesimis dan kusut...

Dulu, tangisku adalah juga bahagiaku
24 jam kulalui tanpa duka, dan terasa lama
Kini waktu seperti hembusan angin
Berlalu, dan yang kurasa hanya lelah
Tidurku tak lagi nyenyak
Mimpi-mimpi penuh dengan aneka kontaminasi

Saat aku meulai mencoba merengek pada ibuku yang semakin tua
Beliau hanya tersenyum seraya berkata, "Itulah Dewasa"

Ah, aku rindu pada saat dimana ku tak peduli pada berapa banyak uang di sakuku
Aku rindu pada saat dimana ku berkhayal tanpa harus menatap jam dinding
Aku rindu pada saat dimana aku tak takut untuk berbagi cinta dengan tulus
Akupun rindu pada saat dimana aku hanya dapat berhitung sampai sepuluh

Kini cita-citaku tak lagi banyak dan tinggi
Tidurku hanya untuk melepas lelah
Senyumku hanya untuk melepas penat
Hari-hari menjadi semakin padat oleh aneka pikiran yang kian sempit
Aku yang sekarang menyesal dengan keadaan
Aku merasa menjadi seorang penyemburu, melancholish, egois, pamrih...

Dulu aku menangis saat ayah memarahiku, kini aku menangis oleh amarahku sendiri
Dan aku mulai berpikir, menjadi dewasa itu menyakitkan...

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Pelacur Kaki Lima

Hai... Kau ada dimana?
Dengan berjalan kaki sejak tadi kutelusuri trotoar
Namun kau tak muncul

Aku butuh kau malam ini!

Dan seperti malam-malam yang terlalu
Cukuplah kau sebagai pemuas nafsu

Hai, kau ada dimana?
Tahukan kau, aku rindu desah godamu?
Aku merindukan senyum dan kerling nakalmu
Leok anggun pinggul dan lututmu...
Dan semua yang dapat kubeli dengan hanya beberapa lembar ribuan

Datanglah padaku, aku mohon...
Maka kupastikan, seluruh uang di dompetku akan berpindah ke sakumu
- Uang yang hanya cukup untuk satu kali makan
Biar kupulang merakak, asal kau lemaskan lututku...

Jalang!
Kau ada dimana?!
Pelacur lain terlalu mahal untukku bayar

Shit! Shit! Shit!
Rok mini murahanmu pun tak tampak!
Atau kau tengah sibuk berjuang bertahan hidup?

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Untuk Gadis Berjubah Jingga

Maafkan aku, wahai gadis berjubah jingga
Aku tahu kau begitu tulus dalam cinta

Kau unik dan berbeda
Terimakasih kau mau memberiku cinta,

Tapi maafkan jika aku terpaksa harus menolaknya
Kau harus tahu, aku tak mampu membalas pemberian tulusmu

Tapi, bukan aku tak memiliki cinta yang kau minta
Hanya saja, ada hal lain yang membuatku terpaksa menahan cinta itu

Aku tahu kau terluka

Dan tadi malam kau menangis
Tapi, aku semalampun aku menangis

Seorang pria menangis?!
Itulah aku…

Aku kehilangan cintaku
Padahal aku ingat benar, beberapa tahun lalu aku menyimpannya tepat dilaci meja itu

Aku kunci erat!
Ah, memang salahku yang tak pernah menyentuhnya lagi setelah itu

Tapi, siapa yang mengambil cinta dari laciku?

Atau siapa yang telah memindahkannya?
Dimana ia sekarang?

Dan sejak kapan cinta meninggalkan laci itu?
Seingatku, tak pernah lagi kulihat cinta itu ada bersama orang lain setelah ku kurung ia

Tak pernah ku llihat ia berada di belahan jiwa manapun

Lantas siapa yang telah mencurinya?
Dan kapan aku bisa kembali menemukan cinta itu?

Wahai gadis berjubah jingga, kini kau tahu
Aku terlalu pelik dengan nasibku

Dan rasanya tak pernah tega aku berbagi perih denganmu

Mungkin kau akan rela, tapi aku tidak!
Mana mungkin ku biarkan kita hidup bersama tanpa cinta

Aku harus mencari cinta itu dulu!
Beri aku waktu, dan berjalanlah bersamaku mencari cinta itu

Kelak jika aku menemukannya ada bersamamu, kupastikan cinta itu akan kuberikan untukmu

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Puisi Haiku

Hening diri memutar sesuatu didiriku pada masa lalu
Memperkosa jari-jari tanganku untuk beraiku
Ada yang menjadi beku didiriku
Aku menjadi seseorang yang melancholish

Hantu, hantu...
Datanglah padaku
Mengapa kalian hanya datang bertiga?

Kegelapan dimensi entah keberapa hadir
indera-inderaku pun gelagapan

Bambu...
Kucoba memasuki lubangnya
memasung diriku sendiri
Ah, dasar bambu lemah, kau pecah!

Makhluk aneh yang telah lama tak kujumpa kini hadir dipelupuk mata
Sentuhi tepat didadaku
Aku kan tidak mengundangmu!
Enyah!

Seseorang gadis dengan sebuah nama hanya melintas saja
Mengganggu aku yang sedang semedi digua hirarki
Kesaktianku lenyap, ego membara...
Dan lagi-lagi haiku tak hanya sebatas bait syair dari gerak jari
Tapi juga adalah hidupku sendiri
Ya, paling tidak hidupku hari ini

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Ketika Terbawa Lupa

Ketika terbawa lupa
Aku menganga
Kau semakin gencar bertanya
Aku semakin menganga

Ketika terbawa bingung
Aku tetap menganga
Dahimu berkerut
Tolong, jangan buat aku takut
Tak perlu pakai kecut
hanya membuat hatiku terpicut

Kamu ... Ya, kamu ...
Bukan dia, bukan mereka, bukan siapa-siapa
Jangan kecut !
Cantikmu hilang, lembut hatimu kabur entah kemana ...
Tapi terserah kamulah ...
Wajah dan hati itu kau yang punya
Lagipula kini ku sudah tak suka
Untuk apa aku bertahan pada kecewa
Dihatimu, aku tak lagi percaya
Ya sudahlah, aku pergi saja

Diperlakukan seperti ini, aku sudah biasa
Tapi kali ini jangan harap ada kata sampai jumpa
Selamat berbahagia

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com


 

Hari Ini Aku Kembali Terbangun

Hari ini aku kembali terbangun
Dan seperti biasa disiang hari
Dunia telah ramai, entah sejak kapan
Aku tak peduli

Kembali harus kumulai hari

Kutatap apa saja yang bisa kutatap
Selama tidak bayar, aku tetap menatap
Tapi aku tak bisa selamanya hanya menatap, rupanya...
Perutku menuntut untuk diisi
Diisi entah ole apa

Tapi tetap saja kuhanya bisa menatap
Karena tak ada yang bisa kumakan saat ini

Semalam pun demikian
Aku tertidur dalam keadaan lapar

Seperti itu...
Itu saja...

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Tak Dapat Kuberi Judul

Dimusim dingin, aku hanya dapat berlindung dibalik dedahanan,
Air mata yang jatuh tak juga dapat mencairkan salju dibawaku,
Tuan, datangkanlah sinar yang dapat menghangatkan tubuhku,
Dan mencairkan salju-salju disekelilingku.

Tuhan, aku melihat sinar dijauh disana,
Kuyakin sinar itu perlahan-lahan kan menghampiriku
dan menghangatkanku
Dan kudapat terbang kembali, bermain bersama teman-temanku,
Bebas mengepakkan sayap dan berayun-ayun diatas dahan,
bernyanyi ceria,

Tuhan, kulihat cahaya itu semakin mendekat,
Tapi kumerasa sangat dingin ?

Terimakasih, Tuhan, kini cahaya itu berada tepat diatasku,
Dan kumerasakan hangat, dinginku lenyap seketika,
Tetapi ... kemana salju yang berada dibawahku
Kemana dahan yang sedang kupijak, Tuhan...?

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Ternyata Aku Hanya Seonggok Sampah

Aku bukan tong sampah!
... Tapi ..., aku ... adalah ... isi dari tong sampah tersebut
Aku terbuang
Sebuah mimpi buruk yang menjadi realita
Tak ada yang mau mendengarku
Mereka berkata kalimat-kalimatku sulit untuk dimengerti
Padaal aku butuh orang yang mau mengerti aku

Ya, disaat sekarang, disaat aku sendiri tidak mengerti pada diriku
Tapi mereka malah menjauh
Dan menghempasku
Aku sampah
Kini aku hanya seonggok sampah

Aku sampah

Sampah ...

Sampah ...

Sampah ...

Diperlakukan seperti ini, aku sudah biasa
Tapi kali ini jangan harap ada kata sampai jumpa
Selamat berbahagia!!!

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Kukira ia Dhillah

Sebuah pesawat canggih melintas diantariksa,
jauh dari bumi tempat manusia berkumpul

Aku berada diantaranya

Riuh bocah bumi senandungkan lagu tempe bongkrek
Dan rangkaian kalimat-kalimatku mulai sulit dimengerti

Lalu datang pesawat singgah
Kukira adalah dhillah
Kuhentakkan kakiku hingga bergetar seluruh nadi
Belum sempat senyum tersembul, kutersadarkan dari mimpi

Ya, mimpi indah antariksa buyar seketika
Beralih kemimpi buruk dunia fana yang memang nestapa

Kusalah duga
Kukira dia Dhillah

Dan kini, antariksa nyata telah kembali berada dikelopak mata

By: Jerry Wijaya, http://www.jerrywijaya.com

 

Purnama dan Malam

Kepada purnama malam ini aku berkata-kata
Bercerita tentang hidupku ari ini
Purnama tetap diam, tak berkomentar
Tapi, aku tau, ia tak mungkin mengianati kepercayaanku
Ia takkan pernah bercerita kepada siapapun lagi

Ya, kepada sang dewi malam itu aku banyak berkisah
Bercerita tentang masa lalu dan ari ini,
Tentang harapan, tentang siang dan malam, pagi, sore
Segala tentang hidup

Purnama kian bercahaya disaat aku bercahaya disaat aku bercerita baagia
Purnama redup disaat aku kisahkan duka
Tak ada rangkaian kata yang keluar darinya
Bahkan sepatah katapun
Tapi kutahu ia mengerti semua itu
Ia mengerti aku

Kepada malam aku berterimakasih
Berterimakasih telah menghadirkan purnama untukku
Tempat aku curahkan segala rasa
Ya, malam ... malam yang hitam ... gelap ...
Disaat banyak orang berkata malam begitu seram dan menjijikan
Tidak ! Malam hanyalah sekedar satu sisi gelap dari dunia ini
Malam adalah ketenangan dan kebahagiaan
Malam adalah inspirasi
Banyak keajaiban yang ada disana
Dan purnama adalah satu keajaiban yang diberikannya
Kepadaku ... Juga kepada siapa saja yang mengerti purnama
Purnama, maafkan aku telah menjadikanmu tong sampah
Tempat kubuang segala cerita, kisahkan tentang hidup
Dan aku baagia, karena kau tetap mau datang kepadaku malam
Dan, bagaimanapun kau tetap purnama

 

Suara???

Mengalah pada hati
Bohongi diri
Atau mengalah pada emosi (?)

Tercuri satu
Yang lain tetap utuh
Daripada kedua-duanya
Ya, lebih baik seperti itu

: Tak ada yang tahu
Tak ada yang mengerti
Legaku ...

Biar sendiri

: Ada yang bermakna
Ada yang tak berarti
Kadang tertipu

Bukan pada hati...
Mungkin...

Seperti itu...
Itu saja...

Terimakasih sudah mengunjungi situs ini, salam hangat... Khajeya Lavista